CONTOH PTK PENJAS / PJOK; Teknik Penulisan PTK BAB II
PTK BAB II, Pada Bab ini materi yang diangkat adalah penjelasan atau penjabaran dari materi materi yang dijadikan kata kunci dalam penelitian. Biasanya mengandung beberapa definisi menurut para ahli atau pakar dibidangnya.
Isi Kajian PTK Bab II
Uraikan beberapa poin yang dijadikan kata kunci dalam penelitian anda, baik tentang definisi, turunan atau langkah-langkah sesuai pendapat para ahlinya.
Urutan Penulisan PTK Bab II
BAB II . KAJIAN TEORI
Berikut adalah contoh kata kunci dalam PTK Penjas; Peningkatan, Hasil Belajar, Metode Belajar, Metode Belajar TGTA. Peningkatan
a. Pengertian PeningkatanYang dimaksud dengan peningkatan adalah Nomina (kata benda) proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya), sedangkan makna pemahaman adalah suatu kondisi di mana seseorang telah mengetahui, memahami bahkan mampu menalar akan suatu hal tertentu dari apa yang sudah dia pelajari. Sedangkan makna pemahaman didefinisikan proses berfikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju pemahaman perlu diikuti dengan proses belajar dan berfikir. Pemahaman merupakan sebuah proses, perbuatan dan cara memahami. Dalam taksonomi Bloom, pemahaman adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan .
b. Nilai Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu keadaan yang terlihat setelah terjadinya suatu proses pembelajaran tertentu dengan metode atau strategi tertentu juga. Biasanya keadaan ini di lihat dari data yang berbentuk nilai, baik kualitatif maupun kuantitatif. Dalam bukunya, Chaplin (1992:159) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan, kepandaian, keahlian dan kemampuan didalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi. Pendapat Chaplin diatas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu disekolah, perubahan tersebut terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.
Selain Chaplin, ahli lain juga, Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi, dimana evaluasi itu mengandung maksud untuk mengetahui kemampuan belajar atau penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru. Dari hasil belajar ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat.
- Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan.
- Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
Yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan perolehan, baik itu pemahaman, perolehan nilai, maupun kesehatan siswa setelah proses penelitian berlangsung. Pada tahap awal penelitian, guru akan memberikan beberapa soal tentang kebugaran dan akan diberikan tes fisik berupa lari selama 12 menit pada siswa. Hasil tes tersebut akan di catat dan akan dibanfingkan degan hasil setelah proses penerapan metode belajar TGT, dan akhirnya kedua hasil tersebut akan dibandingkan.
Jika terjadi perolehan tingkatan yang lebih baik (nilai hasil tes lebih baik, kekauatan lari siswa lebih kuat) maka diasumsikan adanya peningkatan hasil belajar seperti yang diharapkan peneliti. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
- Adanya keinginan untuk tahu
- Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
- Untuk memperbaiki kegagalan
- Untuk mendapatkan rasa aman.
2. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
a. Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
B. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.
Dengan demikian, motivasi adalah Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
C. Metode Belajar
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi : “a plan of operation achieving something”, metode : “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran : cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.Beberapa metode pembelajaran, diantaranya:
- Ceramah;
- Demonstrasi;
- Diskusi;
- Simulasi;
- Laboratorium;
- Pengalaman lapangan;
- Brainstorming;
- Debat,
- Simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya, metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran : cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Sebagai contoh, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara taktik pembelajaran : gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat). Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik.
Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe pembelajaran yang akan diilakukan. Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
D. Team Group Turnament
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode TGT sebagai berikut:Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal matematika, motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan peresentasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.
Pemahan konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok. Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.
Siswa memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam tournament mingguan dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
Hasil pertandingan selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok.
Setelah itu guru memberikan pernghargaan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain.
Gagasan utama dibalik model TGT adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.
Demikian pemaparan tentang point point penting yang biasa di bahas dalam BAB II sebuah PTK, termasuk PTK PENJAS PJOK.
Dari admin www.perangkatpenjas.com mengucapkan terima kasih.
0 Response to "CONTOH PTK PENJAS / PJOK; Teknik Penulisan PTK BAB II"
Post a Comment