Jenis dan Karakteristik Belajar Siswa SMK
Karakteristik Siswa, Dasar Utama Pemilihan Metode Belajar
Karakteristik Siswa, Kualitas suatu
daerah akan tercermin dari kualitas para penduduknya. Semakin baik kualitas penduduk
suatu daerah akan memberikan kontribusi yang tinggi bagi penetapan berkualitas
atau tidaknya daerah tersebut. Kualitas suatu masyarakat tidak akan terlepas
dari tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang berjalan didaerahnya. Itulah salah
satu dasar bagi pemda kota Metro untuk menjadikan kota metro sebagai kota
pendidikan. Sekolah, sebagai salah satu UPT yang berkutat di bidang pendidikan
memiliki peran tersendiri dalam menopang program pemerintah daerah/kota. Peran
sekolah sebagai unit pelayanan masyarakat dalam memberikan pendidikan harus mampu
memberikan kontribusi dalam pembinaan sumber daya manusia.
Pembentukan lulusan sekolah yang berkualitas dan sesuai dengan standar kualitas lulusan (SKL) di program studi tertentu memang bukanlah suatu hal mudah, diperlukan strategi-strategi atau trik-trik jitu dalam proses pembelajarannya, termasuk para guru saat menentukan metode belajar saat akan menyampaikan materi tertentu. Pemilihan metode belajar yang pas akan lebih memudahkan tertransfernya ilmu pengetahuan dari para pendidik (guru/teacher) ke peserta didik (siswa/student).
Memang
sebagaimana kita ketahui bersama, meskipun kurikulum di sekolah senantiasa
berganti, mulai dari pergantian nama dan proses administrasi lainnya, namun
praktik pembelajaran ditingkatan kelas masihlah rata-rata tidak berubah. Kita
tahu, sejak awal Negara Indonesia merdeka kurikulum belajar telah mengalami
banyak perubahan, mulai dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
kurikulum 1994 dan suplemen 1999, kurikulum 2006 yang lebih dikenal dengan
sebutan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dan sekarang kurikulum 2013 yang masih jadi bahan evaluasi
dan perdebatan panjang dikalangan birokrasi, akademisi dan guru (sejarahpembentukankurikulum.wordpress.com:23-02-16:14:15).
Dari
semua kurikulum yang pernah disusun tingkat kementrian kementrian pendidikan
(sekarang Disdikbudpora), ada satu hal yang sama dan tak pernah berubah yakni
pembelajaran yang disesuaikan dengan input siswa. Dengan arti lain, apapun
kurikulum yang diprogramkan pemerintah, dilapangan guru tetap mengacu pada
karakteristik peserta didik yang dihadapinya dalam kelas masing-masing.
Terlebih untuk level sekolah kejuruan, jelas penentuan metode belajar akan
ditentukan setelah para guru produktif mengenal karakteristik siswanya terlebih
dahulu.
Dalam
penyusunan rencana pembelajaran, setelah guru menentukan materi belajar, guru
akan mengkaji indicator ketuntasan yang diharapkan, kemudian setelah guru
mengetahui setelah guru menelaah karakter siswa, guru yang bersangkutan akan
mencari metode mana yang seharusnya digunakan. Jika unsure diatas telah
benar-benar dikuasai guru, maka proses pembelajaran akan jauh lebih
menyenangkan bagi siswi karena cara mengajar guru sesuai dengan karakteristik
masing-masing siswi. Atau paling tidak, guru mampu membuat rata-rata
karakteristik di kelas yang akan diajarnya sehingga sebagian besar siswi akan
mampu menerima ilmu dengan baik.
Karakteristik
belajar (learning style) siswa ada empat, yakni kinestetik, visual, auditoral
dan read-write (jurnalbidandiah.blogspot.co.id:23-02-16:14:50).
Berikut pemaparan singkat tentang keempat karakter belajar siswi :
a. Kinestetic
atau Tactile Learner (K)
Karakter ini lebih sering dikenal dengan karakter anak yang
suka bergerak. Biasanya karakter seperti ini dimiliki siswi yang aktif dan
tidak mau diam secara fisik. Berdasarkan hal tersebut, modalitas ini mengarah pada pengalaman dan
latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut melibatkan modalitas
lain. Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi, video dan film dari pelajaran
yang sesuai aslinya, sama halnya dengan studi kasus, latihan dan aplikasi.
Siswi yang memiliki karakteristik ini biasa 1)
Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, 2)
Sulit untuk berdiam diri, 3) Suka mengerjakan
segala sesuatu dengan menggunakan tangan, 4)
Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik, 5)
Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar, 6)
Mempelajari hal-hal yang abstrak (symbol matematika, peta dsb), 7)
Mengingat secara baik bila secara fisik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
b.
Visual
Untuk karakter visual (belajar dengan lebih banyak melihat)
ini memiliki kecenderungan menangkap
informasi dalam bentuk peta, diagram, garfik, flow chart dan symbol visual lainnya seperti panah, lingkaran, hirarki dan
materi lain yang digunakan instruktur untuk mempresentasikan hal-hal yang dapat
disampaikan dalam kata-kata. Hal ini mencakup juga desain, pola, bentuk dan
format lain yang digunkan untuk menandai dan menyampaikan informasi. Ciri-ciri
siswi dengan karakter ini adalah : 1) Senantiasa melihat bibir guru yang
sedang mengajar, 2) Menyukai instruksi tertulis, foto dan ilustras untuk
dilihat, 3) Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan biasanya kan
melihat teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak, 4) Cenderung
menggunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan atau mengganti sebuah kata saat
mengungkapkan sesuatu, 5) Kurang menyukai berbicara di depan kelompok dan
kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain, 6) Biasanya tidak dapat
mengingat informasi yang diberikan secara lisan, 7) Menyukai
diagram, kalender maupun grafik time-line untuk mengingat bagian peristiwa, 8) Lebih
menyukai peragaan daripada penjelasan lisan.
c.
Aural
atau Auditory Learning (A)
Modalitas ini menggambarkan preferensi terhadap informasi
yang didengar atau diucapkan. Siswa dengan modalitas ini belajar secara
maksimal dari ceramah, tutorial, tape diskusi kelompok, bicara dan membicarakan
materi. Hal ini mencangkup berbicara dengan suara keras atau bicara kepada diri
sendiri. Beberapa karakteristik Auditory Learner antara lain :
1) Mampu mengingat dengan baik apa yang mereka
katakana maupun yang orang lain sampaikan. 2)
Mengingat dengan baik dengan jalan selalu mengucapkan dengan nada keras dan
mengulang-ulang kalimat. 3) Sangat menyukai
diskusi kelompok. 4) Menyukai diskusi yang lebih
lama terutama untuk hal-hal yang kurang mereka pahami. 5)
Mampu menginngat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.
6) Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV dan
bahkan dapat menirukannya secara tepat dan komplit. 7)
Suka berbicara. 8) Kurang suka tugas membaca (dan
pada umumnya bukanlah pembaca yang baik). 9)
Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya. 10)
Kurang dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis. 11) Kurang
memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya. 12) Sukar bekerja
dengan tenang tanpa menimbulkan suara. 13) Mudah terganggu konsentrasi
karena suara dan juga susah berkonsentrasi bila tidak ada suara sama sekali.
d. Read – Write
Untuk type karakter yang terakhir ini, siswi memiliki dua
hal yang harus dia peroleh, yakni selain dia harus melihat secara langsung,
siswi juga harus juga ikut melakukan. Tipe ini lebih menunjukan adanya kombinasi
antara karakter visual dan kinestetik. Ciri karakter ini adalah : 1) mampu
menangkap penjelasan yang disampaikan dengan ceramah dan praktik. 2) mampu bisa
memahami materi melalui proses melihat dan mencoba. 3) mampu memperhatikan
hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya. 4) mudah bekerja dengan tenang tanpa menimbulkan suara.
5) Mudah berkonsentrasi meskipun dalam suasana yang gaduh dan ramai.
Setelah memahami jenis-jenis
karakteristik siswi, maka kegiatan pembelajaran akan mudah diselenggarakan
karena proses belajarnya akan dianggap menyenangkan oleh peserta didik.
Sebenarnya, pengenalan awal mengenai karakter belajar harus juga difahami para
orang tua di rumah, sehingga dalam pembimbingan belajar di rumah anak-anak kita
akan lebih interest (tertarik) karena para ibu membimbing belajar sesuai dengan
sifat masing-masing anaknya. Masalah yang biasa muncul dari para orang tua
dewasa ini adalah keluhan para ibu saat membimbing si kecil belajar di rumah.
Si kecil dianggap sulit diatur dan sulit diajari di rumah. Hal ini karena
mungkin para ibu mengajari anaknya dengan cara si ibu itu sendiri dengan
mengabaikan karakteristik belajar anaknya.
Harapan dari penulis adalah, dengan
proses pembelajaran yang didasari oleh kesesuaian antara cara mengajar atau
metode belajar, baik di rumah, di sekolah maupun dalam pembinaan life skill
atau pelatihan-pelatihan kedinasan mampu membuat masyarakat Metromenjadi masyarakat
yang memiliki kualitas pendidikan yang baik sesuai dengan harapan dan visi kota
Metro sebagai kota pendidikan.
Penulis adalah guru PJOK di SMKN 4
Metro
Penulis merupakan lulusan Ilmu
Keolahragaan FPOK UPI, Bandung
editor blogger: www.perangkatpenjas.com
editor blogger: www.perangkatpenjas.com
how about another lesson?
ReplyDelete