-->

PTK /proposal ptk penjas


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Guru sebagai pendidik atau pengajar memiliki fungsi untuk menyusun program, melaksanakan program, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi dan menindaklanjuti hasil analisi. Biasanya, banyak permasalahan yang muncul saat guru melakukan analisis hasil evaluasi. Selain siswa yang memperoleh nilai yang bagus atau tinggi, namun juga biasanya banyak juga yang memperoleh nilai sangat mengecawakan atau di bawah kriteria kelulusan minimal (KKM) yang sudah guru tetapkan.
Hal ini memang kerap kali terjadi, dan peneliti mengalami hal yang sama pada siswa kelas x jurusan teknik pendingin 2 (TP-2) tahun pelajaran 2010/2011 pada materi penyalahgunaan narkoba. Jauhnya rentang perolehan nilai dari hasil evaluasi kelas tersebut membuat peneliti beranggapan bahwa teknik atau strategi belajar yang digunakan di kelas lain dalam materi yang sama ternyata kurang tepat untuk digunakan di kelas teknik pendingin-I. Adanya perbedaan jumlah siswa yang lulus KKM dengan yang tidak lulus KKM, dan setelah dianalisa teernyata siswa yang tidak lulus jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang lulus.
Dari perolehan data tersebut, peneliti selaku guru memiliki pandangan bahwa :
            1.     Kurang tepatnya strategi belajar yang digunakan oleh guru. Artinya,  Strategi belajar untuk   
                  kelas     x  jurusan teknik pendingin-2 tidak dapat disamakan dengan kelas lain meskipun  
                  untuk materi ajar yang sama karena adanya perbedaan karakteristik siswa.   
            2.      Lebih rendahnya input siswa di kelas x teknik pendingin-2, hal ini terbukti dengan  
                  banyaknya  mata pelajaran lain yang mengalami kendala yang sama.
           3.      Rendahnya motivasi siswa dalam mempelajari penjasorkes secara teori, mereka jauh lebih  
                 senang jika pelajaran penjasorkes khususnya dilakukan secara praktik langsung dilapangan.
Adapun strategi belajar yang biasa digunakan pada penyampaian materi penyalahgunaan narkoba adalah dengan sistem ceramah dengan memberikan beberapa gambar dan contoh lain. Hal ini dirasakan masih berhasil karena materi ceramah memiliki kriteria sebagai berikut.
Cara mengajar dengan teknik ceramah dapat juga dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan strategi belajar yang digunakan unttuk menyampaikan suatu keterangan atau informasi, atau uraian tentang pokok persoalan serta masalah yang dilakukan secara lisan. Biasanya guru melakukan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok bahasan. Hal ini wajar digunakan karena di sekolah dimana peneliti mengajar kurang memiliki sarana pendukung di kelas seperti tidak tersedianya infokus (proyektor), tidak adanya gambar besar dari jenis-jenis narkoba serta lainnya. hal ini membuat guru beranggapan sedikit sulit jika menggunakan strategi yang lain selain ceramah.
Selain itu, adanya tujuan pembelajaran yang harus dicapai berupa adanya upaya memperkenalkan pokok-pokok terpenting yang merupakan suatu kerangka bulat dari materi ajar. Walau demikian, situasi yang menunjang pelaksanaan teknik berceramah itu, guru perlu juga memperhatikan keadaan seperti berikut :
           a.       Apabila di sekolah tersedia bahan bacaan yang bersisi bahan atau masalah yang akan di bahas.
           b.     Bila jumlah muridnya sedikit, guru dapat menggunakan strategi belajar yang lain. Hal ini  
                 dengan harapan akan timbul minat dan ketertarikan siswa dari bahan ajar yang dibahas. 
Dengan demikian, karena memang di kelas x jurusan teknik pendingin-2 memiliki jumlah murid yang  sedikit, maka peneliti mencoba melakukan perubahan strategi belajar yang biasanya ceramah diganti dengan strategi belajar metode presentasi hasil diskusi atau tugas kelompok. Hal ini dengan harapan, dengan penggunaan strategi baru ini, nilai hasil evaluasi siswa dan pemahaman siswa pada materi penyalahgunaan narkoba dapat meningkat.


1.2  Rumusan Masalah
 “Apakah dengan penggunaan strategi belajar metode presentasi kelompok  pada materi penyalahgunaan narkoba mata pelajaran penjasorkes di kelas x jurusan teknik pendingin-2 tahun pelajaran 2010/2011 SMK Negeri 2 Metro nilai hasil belajar siswa dapat ditingkatkan?”.


1.3  Tujuan Penelitian
            1.      Meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajarai teori penjas, khususnya materi ajar     
                   penyalahgunaan narkoba.
            2.      Adanya partisipasi aktif dari siswa secara langsung. Hal ini karena materi ajar diberikan  
                   sebagai tugas kelompok yang kemudian harus dipresentasikan di depan kelas oleh  
                  perwakilan  kelompok.
            3.      Adanya peningkatan motivasi belajar siswa karena materi diberikan tidak bersifat ceramah   
                  yang mungkin dikelas ini dianggap membosankan.
           4.      Terjadinya peningkatan perolehan nilai hasil evaluasi siswa dalam mata pelajaran  
                  penjasorkes, terutama pada bab penyalahgunaan narkoba.

1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1        Manfaat bagi guru
a.       Guru lebih mudah dalam melakukan pengajaran karena diharapkan strategi ini dapat disenangi siswa
b.      Guru dapat memberikan materi yang dapat diserap secara lebih baik oleh siswa
c.       Guru dapat senantiasai berimpovisasi untuk mengembangkan teknik penyajian suatu bahan ajar tertentu di kelas tertentu pula.
d.      Adanya pengalaman dan wawasan baru bagi guru dari seringnya melakukan evaluasi diri demi tercapainya tujuan pendidikan.

1.4.2        Manfaat bagi siswa
a.       Siswa dapat menerima materi ajar secara lebih menarik dan tidak membosankan.
b.      Siswa dapat berperan langsung dalam ikut menularkan informasi dalam proses belajar mengajar di kelasnya.
c.       Adanya dorongan pada siswa untuk melakukan tukar pendapat, pengalaman dan argumentasi selama pemberian materi karena dilakukan dengan metode presentasi.
d.      Siswa dapat memperoleh nilai hasil evaluasi yang lebih baik.


BAB 2
KERANGKA TEORI

I.          Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan, mulai dari kalangan birokrasi, edukasi sampai pada dunia industri. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani masih berjalan belum efektif seperti apa yang diharapkan. Proses pembelajaran pendidikan jasmani masih cenderung bersifat tradisional atau apa adanya.
Orientasi pembelajaran saat ini harus disesuakan dengan tingkat perkembangan siswa, isi dan urutan materi serta cara penyampaian haruslah disesuaikan dengan peserta didik sehingga pendidikan jasmani dapat menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Sasaran pembelajaran jasmni lebih diutamakan pada perkembangan kepribadian siswa bukan saja pada aspek pengembangan keterampilan psikomotor semata. Hal ini sesuai dengan definisi dari pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan psikomotor, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportifdan kecerdasan emosi. Lingkungan beajar diatur secara saksama untuk meningkatkan pertumbhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif seluruh peserta didik. Adapun tujuan dan fungsi dari proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah :
1.      Tujuan :
a.       Meletakan dasar karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.
b.      Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.
c.       Menumbuhkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratisasi melalui aktivitas jasmani.
d.      Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, renang dan pendidikan luar kelas (outdoor education).
e.       Mengembangkan keterampilan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain.
f.       Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, prestasi dan pola hidup sehat.
g.      Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
h.      Menumbuhkan sikap berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani. 
2.      Fungsi :
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan dari aspek di bawah ini.
a.       Aspek organik
b.      Asek neuromuskular
c.       Aspek persptual
d.      Aspek kognitif
e.       Aspek sosial
f.       Aspek emosional

2.    Penelitian sebagai sebuah Evaluasi
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menelaah suatu hal yang dianggap masalah dengan tujuan menemukan solusi atau pemecahan dari kendala yang dihadapi seseorang/instansi/lembaga. Bentuk penelitian sangat bervariasi dan beragam bentuk serta jenisnya. Penelitian ini sendiri biasanya diadakan sebagai suatu upaya pemecahan permasalahan yang dianggap mengganggu pencapaian suatu tujuan yang diharapkan. Jika dalam proses pendidikan, maka maksud atau tujuannya adalah adanya keberhasilan transformasi ilmu dari guru ke peserta didiknya.
Keberhasilan proses pendidikan biasanya diidentikan dengan angka nilai akhir serta perubahan perilaku serta kepribadian siswa yang lebih baik, dan proses penelitian untuk menuju pengukuran tersebut di sebut dengan istilah evaluasi (evaluasi pendidikan). Hal ini sesuai dengan  pernyataan Suhardjono (2009) yang menyatakan bahwa :

“Penelitian di bidang pembelajaran ditandai adanya permasalahan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses-mengajar-belajar. Ciri khas dari penelitian pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu tujuan, karakteristik siswa, lingkungan ataupun kondisi pembelajaran spesifik.”

Menurut Arikunto (2010), bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah mengukur dan menilai. Artinya, kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Arikunto menambahkan bahwa untuk definisi lengkap tentang evaluasi pertama kali dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana dalam tujuan pendidikan yang sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa penyebabnya.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengkaji proses pembelajaran pada materi penyalahgunaan narkoba yang ada dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di kelas x, dan peneliti mengkhususkan penelitian bagi siswa kelas x jurusan teknik pendingin (TP) I karena peneliti beranggapan bahwa metode belajar yang biasa peneliti (yang juga sebagai guru) ternyata tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai evaluasi siswa kelas tersebut rendah.


3.      Strategi Belajar Metode Presentasi Kelompok
Dalam proses belajar mengajar, seorang  guru harus memiliki strategi, dengan harapan siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi belajar tersebut adalah guru harus terlebih dahulu mengenal dan menguasai teknik-teknik penyaiian atau metode mengajar.
Roestyah (2008) mendefinisikan teknik  penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain adalah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dikuasai dan dipahami oleh siswa  dengan baik. Bila guru memerlukan beberapa tujuan yang ingin dicapai, maka guru tersebut harus mengenal dan menguasai dengan baik sifat-sifat dari strategi sehingga ia mampu mengkombinasikan penggunaan beberapa teknik penyajian secara sekaligus. Guru harus mengenal sifat-sifat yang khas pada setiap teknik penyajian, hal ini sangat penting karena dalam penggunaan penyajian secara kombinasi (digabung) harus tidak terlihat kaku antara perubahan dari yang satu ke teknik yang lainnya supaya tidak terjadi kebingungan para siswa saat belajar.
a.    Strategi Belajar
Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran : (1)strategi pembelajaran induktif, dan (2) strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Jadi, metode pembelajaran : cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa metode pembelajaran, diantaranya:
1.      Ceramah
2.      Demonstrasi
3.      Diskusi
4.      Simulasi
5.      Laboratorium
6.      Pengalaman lapangan
7.      Brainstorming
8.      Debat
9.      Simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran : cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
 Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

b.      Model Presentasi Kelompok
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
b.1 Metode Penyajian Diskusi
Jika peneliti menelaah, metode belajar diskusi masih memiliki beberapa kelemahan karena biasanya hanyan dikuasai oleh siswa yang memiliki kebernian yang ditunjang wawasan yang lebih luas dari teman sekelasnya. Akan tetapi peneliti akan menjelaskan secara ringkas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan teknik diskusi.
 Teknik diskusi adalah salah satu teknik atau metode belajar mengajar yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi biasanya siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan biasanya proses interaksi antara dua atau lebih individu terjai, saling tukar informasi, tukar pendapat dan pengalaman. Mengajar dengan menggunakan metode ini berarti :
1.      adanya pembagian kelompok dalam kelas
2.      dapat mempertinggi partisipasi siswa
3.      dapat mempertinggikegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan
4.      rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena adanya proses saling bantu antar siswa
5.      memberikan peluang untuk saling mengemukakan pendapat
6.      merupakan pendekatan yang demokratis
7.      memperluas wawasan/pandangan
8.      menghayatai kepemimpinan bersama-sama
9.      membantu mengembangkan kepemimpinan
Akan tetapi, ada juga kelemahan dari metode ini, yaitu :
1.      adanya pandangan yang berbeda-beda dari sudut pandang yang berbeda pula, sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan materi serta berdampak pada lamanya pembahasan suatu permasalahan.
2.       Dalam diskusi diperlukan pembuktian logis, sehingga para siswa dituntut kemampuan berpikirilmiah. Hal tersebut biasanya sangat tergantung pada kematangan, pengalaman dan pengetahuan siswa.
3.      Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
4.      Siswa mendapat informasi yang terbatas.
5.      Mungkin hanya dikuasai oleh siswa yang pandai berbicara
6.      Biasanya, lebih mendekati pada pendekatan yang lebih lebih formal.
Tujuan penggunaan diskusi :
1.      Dengan diskusi, siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Artinya, siswa didorong untuk melatih diri dalam berpikir dalam memecahkan masalah sendiri.
2.      Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal tersebut memang perlu dilatih untuk kehidupan berdemokrasi. Dengan demikian siswa melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah bersama.
3.      Diskusi memberikan kemungkinan pada siswa untuk belajar  berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah bersama.
Untuk suatu diskusi diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengatur alur diskusi, agar diskusi berjalan lancar dan tidak keluar jalur dari permasalahan yang di bahas.
b.  Presentasi sebagai penyampaian hasil diskusi kelompok.
Kegiatan presentasi dimaksud adalah menyampaikan apa yang dibahas kelompok di depan kelas yang selanjutnya ditanggapi oleh kelompok lain sebagai kelompok pembanding atau penguji dari suatu keputusan diskusi  kelompok.
Bisa juga maksud dari presentasi ini adalah sebagai media penyampaian informasi suatu permasalahan atau kajian yang dilakukan satu kelompok kepada kelompok lain yang kajiannya berbeda, sehingga dalam proses ini selain terjadi penguatan dari hasil diskusi juga sebagai cara menyampaiakan informasi materi secara bergantian. Biasanya untuk penyampaian presentasi di depan kelas memiliki waktu yang relatif singkat (kurang lebih 15 sampai 20 menit perkelompok).
Peneliti memiliki pandangan, jika cara penyampaian informasi (suatu sub bahan ajar) dilakukan oleh temannya sendiri, maka kemungkinan cara penerimaan siswa lain dapat lebih mudah. Artinya materi dapat di informasikan/ditransformasikan dengan gaya, bahasa dan cara sesuai usia siswa itu sendiri.
4.      Hipotesa Penelitian
Hipotesa dari penelitian ini adalah bahwa dengan “penggunaan strategi belajar metode presentasi kelompok, hasil belajar materi penyalahgunaan narkoba dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas x jurusan teknik pendingin (TP) SMKN 2 Metro tahun pelajaran 2010/2011 dapat ditingkatkan”.


Text Box: Masalah 
Dalam kelas
BAB 3
RENCANA PENELITIAN TINDAKAN KELAS

I.            Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah siswa kelas x jurusan teknik pendingin (TP)-2 sekolah menengah kejuruan negeri 2 Metro pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa pada kelas ini adalah sebanyak 26 siswa (seluruhnya siswa laki-laki).
Alasan pemilihan kelas ini karena perolehan nilai hasil evaluasi di kelas ini sangat rendah jika dibandingkan dengan perolehan nilai kelas lain yang peneliti ajar pada materi yang sama.  Selain itu, minat dan motivasi belajar penjasorkes secara teoritis di kelas ini sangat rendah. Pada hasil evaluasi pertama, kelas ini hanya menghasilkan angka siswa siswa yang lulus KKM (KKM = 75) sebanyak 63 % atau sebanyak  16 siswa, sedangkan sisanya adalah siswa yang di bawah KKM sebanyak 37 % atau sebanyak 10 siswa.
II.         Faktor yang diteliti
Adapun faktor-faktor yang akan diteliti di kelas ini adalah :
a.       Peran aktif (partisipasi) siswa dalam pelajaran penjasorkes, terutama materi penyalahgunaan narkoba.
b.      Nilai hasil evaluasi siswa pada materi penyalahgunaan narkoba.
III.      Materi yang diteliti
Penelitian ini lebih difokuskan pada materi penyalahgunaan narkoba pada mata pelajaran penjasorkes semester genap di SMKN 2 Metro.


IV.      Teknik Pengumpulan Data Penelitian
a.       Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) di dalam kelas pada saat pemberian mata pelajaran penjasorkes. Yang diobservasi antara lain adalah (1) perilaku dan keaktifan siswa dalam menanggapi tugas dan penyampaian hasil tugas kelompok. Data tersebut akan dimasukan kedalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1.
Rubrik Penilaian Aktivitas Belajar siswa
No
Nama Siswa
Perilaku yang diharapkan
Skor
Keseluruhan
Menyampaikan argumentasi
Bertanya
Menjawab
Menengahi perdebatan
1.






2






3






...






26







Yang kedua (2) adalah nilai hasil evaluasi. Pengambilan nilainya adalah sebagai berikut :


Tabel 2.
Rubrik Penilaian Evaluasi

Soal yang diajukan
Kualitas jawaban
1
2
3
4
Soal 1




Soal 2




....




Soal 10




Jumlah skor maksimal adalah 40







b.      Indikator keberhasilan Penelitian
Penelitian ini akan dikataan berhasil jika :
1.      Pada objek pengamatan aktivitas belajar persiswa dapat mencapai nilai paling rendah 30%, yang merupakan hasil evaluasi individu.
2.      Perolehan nilai evaluasi kognitif persiswa paling rendah adalah 45 %.
3.      Ketuntasan secara classical (secara kelas) diharapkan mampu mencapai angka 85% sampai 90% tuntas.
V.       Teknik Penilaian
Penilaian aktivitas belajar dapat diberikan keterangan sebagai berikut :
Masing-masing item perilaku yang diharapkan memiliki skor 1, jika ke empat item ada pada siswa, maka siswa tersebut akan memiliki nilai skor keseluruhan sebagai berikut :
SK =    jumlah skor diperoleh       X 40
           Jumlah skor maksimal

Maka nilai skor keseluruhan adalah :

SK = 4 x 40 = 40
         4

Sedangkan untuk hasil evaluasi dapat diberikan keterangan berikut :
Perolehan nilai evaluasi teori dirumuskan sebagai berikut :

Nilai Evaluasi =           .    perolehan skor      .   X  60
      Jumlah skor maksimal



Jadi, nilai akhir siswa adalah :

Nilai Akhir Evaluasi  =  Nilai Perilaku (40%)  +  Nilai Evaluasi Teori (60%)



VI.          Tahap Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dalam dua (2) siklus. Harapan peneliti adalah, dengan dilakukannya penelitian sebanyak dua siklus, peneliti bisa memperoleh data yang lebih valid atau akurat. Adapun tahapan penelitiannya adalah :
Siklus I, mencakup :
Tahap Perencanaan :
a. identifikasi masalah
b. menganalisa dan merumuskan masalah
c. merancang dan mencoba strategi belajar baru
d. menyiapkan instrumen penelitian dan,
e. menyusun program kerja/penelitian.

Tahap Tindakan :
a.       Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok
b.      Memberikan tugas sesuai materi yang diteliti
c.       Merancang jadwal presentasi kelompok
d.      Penerapan model belajar presentasi secara kelompok

Tahap Observasi
a.       Melakukan diskusi kelompok
b.      Melakukan presentasi secara kelompok di depan kelas
c.       Mencatat setiap aktivitas siswa dalam diskusi dan prsentasi



Tahap Refleksi
a.       Melakukan penilaian dari data yang diperoleh sesuai dengan rumusan penilaian
b.      Menganalisi kelemahan dan kekuatan strategi presentsi di kelas yang diteliti
c.       Menganalisa hasil evaluasi, apakah perlu dilanjutkan dengan siklus kedua atau tidak
                  d.      Melakukan refleksi dari hasil belajar dan mengajar


DAFTAR PUSTAKA

1.      Suhardjono. (2009).  Penelitian Tindakan Kelas & Penelitian Tindakan Sekolah. Malang. Cakrawala Indonesia LP3 Universitas Negeri Malang.
2.      Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta. Bumi Aksara.
3.      Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta. Litera.
4.      Makmun, Abin Syamsudin. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung. Rosda Karya Remaja.
5.      Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
6.      Gema Fitrisia. (2011). Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Model Pembelajaran “Salingtemas” Pada Siswa Kelas X Agronomi SMK Negeri 2 Metro Tahun ajaran 2010/2011. SMKN 2 Metro. Tidak diterbitkan
7.      Dr.Lydya Harlina Martono, dkk (2006). Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta. Balai Pustaka.


0 Response to "PTK /proposal ptk penjas"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel